Sunday, April 18, 2010

Dajjalisme dan Sepak Bola

Ahmad Thomson dalam bukunya “Sistem Dajjal” menyebutkan bahwa Dajjal akan muncul sebagai individu,
sebagai gejala sosial budaya global dan sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak.
Dan saat ini yang baru muncul adalah fenomena yang terkait dengan tatanan sosial,
budaya, politik, pendidikan, ekonomi, hukum dan moralitas yang mengalami kekacauan
(chaos) akibat dari kekuatan atau ideologi yang tidak nampak tadi.
Sedangkan Dajjal sebagai individu menurut Thomson memang saat ini belum nampak.


Ahmad Thomson dalam bukunya “Sistem Dajjal” menyebutkan bahwa Dajjal akan muncul sebagai individu,
sebagai gejala sosial budaya global dan sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak.
Dan saat ini yang baru muncul adalah fenomena yang terkait dengan tatanan sosial,
budaya, politik, pendidikan, ekonomi, hukum dan moralitas yang mengalami kekacauan
(chaos) akibat dari kekuatan atau ideologi yang tidak nampak tadi.
Sedangkan Dajjal sebagai individu menurut Thomson memang saat ini belum nampak.

Namun yang harus digaris bawahi adalah bahwa dalam sistem Dajjal ini nilai-nilai
yang ditawarkannya adalah seperangkat nilai yang paradoks dengan iman dan tauhid,
semuanya berbasis syahwat, materi serta berusaha menggiring manusia kepada kekufuran,
karena memang worldview dari sistem Dajjal ini adalah kekufuran sejati.

Lalu bagaimana relevansinya gerakan Dajjalisme ini dengan fenomena sepakbola
diatas atau katakanlah dengan piala dunia yang sebentar lagi akan membuat gegap
gempita setiap sudut bumi dari timur dan barat selatan maupun utara.
Sejenak mari kita review kembali ingatan kita akan fenomena kerusakan moral
dan sosial akibat gerakan Dajjalisme di lapangan hijau ini baik di tingkat dunia maupun lokal.

Mungkin masih hangat dalam ingatan kita bagaimana fatwa mufti Al-Azhar yang mengharamkan
fanatik sepakbola terhadap para supporter mesir ternyata tidak mendapat tanggapan,
yang terjadi malah sebaliknya para supporter fanatikus sepakbola dari negeri pyramida
itu justru terlibat kerusuhan dengan sesama supporter al-jazair setelah pertandingan
prakualifikasi piala dunia yang dimenangkan aljazair November 2009 lalu,
ironis sepakbola rupanya lebih legit ketimbang fatwa sang mufti.

Kerusuhan antar supporter akibat fanatik sepakbola bukan hal yang aneh lagi dalam ingatan kita,
Tragedi Heysel, Belgia, pada Piala Champions Eropa tahun 1985 memakan korban nan memilukan,
disusul empat tahun kemudian meletus tragedi Hillsborough dikota Sheffield pendukung fanatik
Liverpool meregang nyawa sia-sia lagi-lagi karena tumbal sepakbola.
Kemudian mari kita tengok bumi pertiwi kita ini, fenomena kerusuhan Jakmania,
The Viking, Bobotoh atau Bonek, Aremania, Hooligan Mania,
ikut mewarnai kerusakan moral dan sosial akibat “agama baru” bernama sepakbola ini.

Kemudian mari kita jalan-jalan sejenak ke negara Jerman sana,
ummat muslim Jerman menjadi saksi atas pelecehan terhadap Islam dan
Rasulullah yang dilakukan oleh supporter klub Schalke lewat yel-yel lagu klub mereka,
dimana dalam lagu tersebut tersembul bait yang menyebutkan “Muhammad adalah seorang Nabi yang tidak memahami sepakbola,,
Namun dari semua warna yang ada Nabi memilih warna kebesaran Schalke, biru dan putih,
” jelas hal tersebut merupakan penghinaan dan membuat muslim jerman marah..
lagi-lagi logika sepak bola sudah menjadi “agama baru” bukan hanya sekedar olahraga bagi para fanatikusnya.
Dalam piala dunia nanti entah mana lagi yang akan dijadikan tumbal fanatisme dan logika
“agama baru” tersebut dan kita pun dipaksa untuk “mengimaninya”



Euforia Piala Dunia dan nasib Ummat Islam yang tertindas

Agaknya sentilan penuh canda yang cukup menohok dari seorang ustadz,
beliau mengatakan bahwa saat piala dunia tengah berlangsung maka dapat
dipastikan sebagian umat Islam akan rajin “qiyamulail” setiap malam,
kiblatnya adalah televisi dan wiridnya adalah teriakan “Goaalllll…!!! Goaaallll..!
atau mungkin wirid lain yang membuatnya lebih khusyu sampai matahari pagi tersenyum kepadanya.

Namun disaat yang sama dibelahan bumi Islam disana, Palestina, Irak, Afghanistan,
Patani Thailand dan lainnya tengah berkecamuk mempertahankan akidah dan
berlomba-lomba menjemput syahid fi sabilillah demi membeli syurganya Allah dengan tetesan darahnya.
Mereka berjuang melawan kebiadaban tentara zionis,
berhadapan dengan mortir mematikan yang siap menyalak setiap saat mengantarkan para mujahidin menuju syahid fi sabilillah.
Sedangkan kita masih terlena dalam buaian Dajjalisme berselimut euphoria semu seraya
berteriak dalam igauan mimpi..Goaaaalllllll…!!

Allahumma qad balaghta, Allahuma Fasyhad
Ya Allah sungguh aku telah menyampaikan, Ya Allah Maka saksikanlah.
Wallahu’alam

Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)

Protokol Zionis Versi Rothchild mnyebutkan “Konspirasi akan membakar semangat rakyat hingga ke tingkat histeria.
Saat itu rakyat akan menghancurkan apa saja yang kita mau, termasuk hukum dan agama.
Kita akan mudah menghapus nama Tuhan dan susila dari kehidupan”

By:
Ruyatna Al-Bantany; Karyawan Swasta, Anggota Kajian Zionisme International (KaZI); Alumni SMUN 1 Jasinga - Bogor

Tuesday, April 6, 2010

Mengejar Dua Surga Dunia dan Akherat Dengan Menikah

“Saya bertekad nikah karena ingin segera dapat surga dunia dan akhirat,” jawab Jaka tenang. Kontan saja, kedua orang tua Jaka tertegun. Hampir tak ada celah buat menjegal tekad Jaka. Sejak SMP, Jaka memang sudah rajin dagang. Ia memang bukan tipe anak yang suka berlidung di balik kantong orang tua. Semua biaya sekolahnya hampir seratus persen mengucur dari kocek sederhananya. Termasuk, biaya buat walimahan.

Saat itu, tak ada bayang-bayang pun yang melintas di benak Jaka kecuali keindahan. Betapa sejuknya hati ketika menatap senyum isteri. Betapa semangatnya hidup ketika cinta tak pernah redup. Betapa tenangnya pandangan mata ketika syahwat tak lagi terpenjara. Dan, betapa mantapnya iman ketika nafsu tak lagi gampang dipermainkan setan.

Berlangsunglah masa-masa indah kehidupan Jaka. Hari berganti hari dan bulan pun menjumpai tahun. Ternyata, hidup tak selamanya penuh pesona wewangian taman bunga. Ada kalanya hidup penuh bara api dan asap tebal yang menyesakkan. Idealita sering tak cocok dengan realita. Dan nada-nada itulah yang kini bersenandung mengiringi keluarga Jaka.

Bisnis serabutannya tak lagi lancar seperti dulu. Ada saja masalahnya. Madu yang biasa dilakoni Jaka kurang diminati pelanggan. Pedagang koran pun mulai bertebaran. Kian banyak saingan di sektor ini. Sementara, biaya kuliahnya kian naik. Biaya kontrak rumah pun mulai melonjak. Isteri mulai ngidam. Tubuhnya lemas, perutnya mual-mual, kepalanya sering pusing-pusing. Tentu saja, sang isteri tak lagi sempurna menunaikan urusan rumah tangga dan kampus. Apalagi mencari penghasilan sampingan.

Mulailah irama ketidakstabilan mengiringi hidup Jaka. Konflik pun kian bermunculan. Seperti saat ini saja, Jaka bingung mau pinjam duit ke siapa lagi. Bulan lalu sudah pinjam ke teman kampus. Minggu lalu pinjam ke teman pengajian. Sementara, kebutuhan terus mengalir dan tak kenal penundaan. Ke orang tua?

Ini yang paling dijaga Jaka. Seberat apa pun beban hidup, Jaka tak mau berurusan dengan orang tua. Ia bukan ragu tentang kemurahan orang tuanya. Bukan juga takut. Tapi, Jaka tak mau kalau idealismenya luntur hanya karena soal makan. Terlebih setelah Jaka janji tak mau ngerepotin orang tua.

Kadang, suasana kejepit seperti itu menumbuhkan bayang-bayang masa lalu. “Kamu yakin nggak akan menyesal, Jaka?” pertanyaan-pertanyaan ibunya dua tahun lalu tak jarang menggoda ketegarannya. Kenapa nggak selesai kuliah dulu. Kenapa nggak cari kerja yang enak dulu.Kenapa nggak beli rumah dulu.



“Benarkah saya menempuh rute jalan yang salah?” sebuah pertanyaan menukik tajam ke lubuk hati Jaka. Ah, benarkah? Sikap tegar Jaka kian sengit bertarung dengan kegelisahannya. Kadang tegar menguasai keadaan. Dan tak jarang, gelisah menyetir suasana. Dalam pertarungan imbang itu, sikap kritis Jaka kerap menjadi penengah. Mestikah roda hidup selalu bergulir secara seri dan linier? Tidakkah mungkin ada lompatan-lompatan?

Ketegarannya mulai menguasai keadaan. Masih kuat dalam benak Jaka kisah teladan Rasul dan para sahabat. Sebuah fragmen hidup masa lalu yang tak kunjung kering dari air pelajaran. Siapa yang mengira kalau seorang penggembala yatim bisa menjadi pemimpin besar umat ini. Siapa yang menyangka kalau seorang budak, Bilal bin Rabbah, bisa tampil menjadi pemimpin yang disegani. Siapa yang menyana kalau seorang budak buangan, Zaid bin Haritsah, bisa melahirkan seorang panglima perang yang ditakuti.

Hidup memang perjuangan. Suka dan duka pasti akan menjambangi setiap manusia. Tak peduli apakah manusia itu menganggap hidup sebagai perjuangan atau tempat bersantai. Jaka tersadar dengan keadaannya. Kini, bukan saatnya lagi mempersoalkan halte hidup yang telah terlewati. Ada dua resep yang akan ditebus Jaka: hadapi hidup apa adanya, dan jangan coba-coba lari dari kenyataan perjuangan.

Kesusahan dan kemudahan tak ubahnya seperti dua muka kepingan uang logam. Satu sama lain tak akan berpisah jauh. Bersama kesusahan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesusahan ada kemudahan. Kesusahanlah yang menguatkan bahwa menikah itu perjuangan. Dan kemudahan, insya Allah, kian menguatkan warna-warni indahnya pernikahan.

Lima Bala Akibat Melanggar Perintah Allah SWT

Dari Abdullah bin Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda: "Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; (1)Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. (2)Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. (3)Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. (4)Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan (5)tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka." (HR Ibnu Majah 4009)

Saudaraku, sungguh jika kita perhatikan hadits ini lalu direfleksikan kepada kondisi negeri dimana kita hidup dewasa ini –bahkan kondisi dunia secara umum- maka nyata benar bahwa kelima-limanya sudah menjadi kenyataan pada zaman penuh fitnah dewasa ini..! Silahkan kita perhatikan satu per satu peringatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas:

Pertama, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta kita mewaspadai tersebarnya faakhisyah (kekejian) secara terang-terangan di tengah masyarakat. Bila kekejian telah menyebar di tengah masyarakat, maka berbagai penyakit Tha’un (menular) beserta kelaparan akan menggejala di tengah kaum tersebut yang tidak pernah terjadi pada para pendahulu mereka.

Sejujurnya, inilah yang sekarang berlaku. Karena banyaknya bentuk kekejian secara terang-terangan yang muncul di tengah kita, maka kitapun menyaksikan banyaknya orang yang terjangkit penyakit menular serta kelaparan. Berbagai tayangan dan pemberitaan di televisi menyiarkan banyaknya dan bervariasinya kekejian yang dilakoni manusia modern. Setiap hari kita disajikan berbagai isyu dan gosip mengenai perselingkuhan, perselisihan dan perceraian para selebritis bahkan tokoh masyarakat. Malah belakangan ini kita sering mendengar banyakanya kasus bayi yang kelahirannya tidak diharapkan, sehingga sang ibu dengan teganya meninggalkan si bayi di sembarang tempat. Mengapa bayi itu ”dibuang”? Karena sang ibu tidak mau menanggung malu sebab bayi tadi merupakan hasil hubungan di luar pernikahan (baca: perzinaan). Oleh karenanya, Al-Qur’an tidak saja mengharamkan orang-orang beriman untuk berzina, bahkan mendekati perbuatan zina saja sudah dilarang...!



“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Israa ayat 32)

Bahkan kita juga disajikan kekejian di tengah masyarakat berupa terang-terangannya manusia menjalin hubungan sexual sejenis (kelamin), baik itu lelaki dengan sesamanya (gay alias homosexuality) maupun wanita dengan sesamanya (lesbianisme). Malah di sebagian negara bagian Amerika Serikat sudah ada undang-undang yang meresmikan pernikahan sesama jenis kelamin. Padahal Al-Qur’an dengan jelas dan tegas mengharamkan perilaku keji ini:



لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

”Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fakhisyah itu sedang kamu melihat (nya)?" Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".(QS An-Naml ayat 54-55)



Jika demikian keadaannya, masihkah kita perlu heran mengapa terdapat berbagai penyakit menular di tengah masyarakat negeri ini, malah masyarakat dunia secara umum? Sehingga kita dengar dimana-mana manusia ketakutan dengan penyakit menular seperti demam berdarah dan lain sebagainya. Bahkan dunia dikejutkan dengan munculnya berbagai penyakit menular baru yang tidak pernah terjadi pada para pendahulu seperti misalnya flu burung dan flu babi. Begitu pula, masihkah kita mesti kebingungan mengapa kelaparan merebak di negeri ini bahkan di seluruh dunia, padahal majalah Forbes baru saja melansir daftar 1000 orang terkaya di dunia yang mana salah seorang di antara mereka aset kekayaannya ada yang mencapai sepertiga kekayaan negara Indonesia, yaitu lebih dari 50 milyar dollar Amerika...?!
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ أَئِنَّكُمْ